Sejak kita merdeka, kenaikan harga bensin adalah kebijakan “lagu lama”
yang diulang-ulang, mungkin dengan aransemen baru di sana-sini.
Di
sisi lain, keadaan rakyat dalam isu kenaikan harga bensin rupanya
dipotret oleh beberapa musisi dan dituangkan ke dalam lagu mereka.
Berikut ini enam lagu yang mengangkat tema kenaikan harga bensin:
Iwan Fals, “Galang Rambu Anarki” (1982)
BBM naik tinggi, susu tak terbeli / Orang pintar tarik subsidi, anak kami kurang gizi
Lirik
ini selalu dikenang, mungkin karena sangat menyentuh emosi pendengar.
Saat itu awal dekade ‘80-an, dan pemerintah baru saja menaikkan harga
bensin. Keluarga Virgiawan Listanto, nama lengkap Iwan Fals, mendapat
anugrah putra pertama yang diberi nama Galang Rambu Anarki. Kelahiran
ini dijadikan lagu, yang berjudul sama dengan nama lengkap putranya.
Iwan Fals, “Manusia Setengah Dewa” (2004)
Turunkan harga secepatnya / Berikan kami pekerjaan / Pasti kuangkat engkau / Menjadi manusia setengah dewa
Iwan
Fals bisa saja agak melunak sekarang. Lagu-lagunya tak lagi kritis atau
garang, eksplisit dan menggugah perubahan sosial. Namun di album yang
diluncurkan pada masa Pemilu 2004 inilah ia terlihat masih memancarkan
aura kritis dan garang tersebut. Ia menuntut perubahan dari presiden
yang akan dipilih saat itu:
Slank, “Naik-Naik Ke Puncak Gunung” (1998)
Naik-naik
ke puncak gunung sembako naik setinggi gunung / Lihat kiri lihat ke
kanan, rakyat kecekik harga-harga/ Naik-naik ke puncak gunung, BBM naik
nggak tanggung-tanggung / Lihat kiri lihat ke kanan rakyat panik
dimana-mana / Naik terus nggak pernah turun, ngutang mulu nggak bisa
bayar
Lagu ini memiliki aransemen yang unik, bisa jadi
dipengaruhi musik rock kala itu yang sedang bergulir ke nu metal (dengan
bumbu funk dan hip-hop). Liriknya sangat unik dan uga-ugalan khas
Slank, dan sangat gampang untuk dinyanyikan beramai-ramai (entah kenapa
lagu ini tak dinyanyikan oleh para demonstran saat menolak kenaikan
harga bensin).
Slank, “Kritis BBM” (2005)
BBM naik sama dengan rakyat nggak punya pa-pa / Diminta hidup sederhana / Para pejabat foya-foya
“Kritis
BBM” adalah tembang pembuka di album Slank ke-14. Seperti melanjutkan
kritiknya di zaman reformasi pada lagu sebelumnya, kali ini Slank lebih
serius. Mereka pun menyoroti fenomena “dana kompensasi” atau Bantuan
Langsung Tunai (BLT) dalam sebuah sesi bicara di tengah lagu.
Franky Sahilatua, “Badai Apakah Ini” (2009)
Radio
kecil yang selalu ada dalam perahu / Untuk hibur mereka kerja di laut /
Malam itu siarkan berita tingginya BBM / Bagai badai sambar perahu
Franky
adalah salah satu musisi yang cukup sering menyuarakan opininya menolak
kenaikan harga bensin. Pada tahun 2004-2005, ia bersama beberapa artis
lain menolak usul pemerintah. Namun substansi yang ingin ia antarkan
sebenarnya adalah mengenai rakyat kecil yang terkena dampak kenaikan
harga — seperti nelayan.
Franky Sahilatua , “Kita Kita, Kamu Kamu” (2009)
Minyak
mahal, bangsa bayar utang / Listrik mahal, bangsa bayar utang / Sekolah
mahal, bangsa bayar utang / Berobat mahal, bangsa bayar utang / Yang
miskin tambah miskin, kita...kita...kita... / Yang kaya tambah kaya,
kamu...kamu...kamu...
Bersama lagu “Badai Apakah Ini”, lagu “Kita
Kita, Kamu Kamu” juga sering Franky bawakan saat bersama-sama Garin
Nugroho berkeliling dalam perhelatan “Dongeng Pancasila”. Garin akan
bercerita tentang satu fenomena khusus, Franky menimpali dengan lagu
yang bertema serupa. Saat berbicara tentang masalah harga bensin dan
kaitannya dengan utang luar negeri serta dampaknya terhadap layanan
publik, Franky menyanyikan lagu ini (yang entah diciptakannya kapan,
karena sejak 1999 ia tak pernah merilis album lagi).
Apakah ada lagu Indonesia lainnya yang bertemakan kenaikan harga bensin?
Selasa, 27 Maret 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar